Gunung Sinai, Tempat Nabi Musa Berbicara dengan Allah
Catatan Perjalanan Wisata Religi ke Tiga Negara (bagian 3)
Oleh: DR Ir H SUHERIYATNA MSi
Alhamdulillah, sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi kami. Masih di Mesir, penulis dan rombongan berkesempatan berkunjung ke Gunung Sinai atau disebut juga Gunung Musa, atau juga disebut Bukit Tursina yang terletak di Semenanjung Sinai, Mesir. Gunung ini memiliki nilai sejarah dan spiritual yang diyakini oleh umat Muslim, Yahudi, dan Kristen.
Tiga agama ini memiliki ikatan spiritual dengan kisah Nabi Musa As. Gunung Sinai dikenal juga sebagai tempat bersejarah di mana Nabi Musa mendapatkan salah satu mukjizatnya, yakni membelah laut merah dan berbicara dengan Allah SWT.
Dilansir dari About Islam, pada abad keempat Masehi, orang Kristen Koptik datang ke gunung dan mendirikan sebuah gereja kecil di tempat yang diyakini Tuhan berbicara kepada Musa dalam bentuk semak yang terbakar. Sedangkan bagi umat Islam, kisah ini tertulis dalam Alquran surat Al-A’raf ayat 143 yang menceritakan kisah Nabi Musa berbicara dengan Allah di Gunung di Sinai Selatan, Mesir.
Pada gunung tersebut juga didirikan sebuah Biara St. Catherine yang dihormati oleh banyak orang sebagai salah satu tempat paling suci di bumi. Biara ini telah bertahan dari banyak kelompok perampok gurun selama 1.500 tahun terakhir.
Umat Muslim membiarkannya utuh bahkan selama Perang Salib karena untuk menghormati sejarah Nabi Musa. Biara ini merupakan tempat Bani Israel menunggu Musa selama 40 hari 40 malam dengan menyembah patung.
Sebagaimana diceritakan dalam Alquran Surat Thaha ayat 97 Nabi Musa saat kembali membakar patung tersebut dan membuang abunya ke laut. “..Dan lihatlah Tuhanmu itu yang engkau tetap menyembahnya. Kami pasti akan membakarnya, kemudian sungguh kami akan menghamburkannya (abunya) ke dalam laut.” (Surat Thaha ayat 97).
Berada di ketinggian 2.285 meter di atas permukaan laut (mdpl), cuaca di Gunung Sinai sangat dingin. Untuk ke bukit ini, kita melewati terusan Suez di laut merah.
Berbeda dengan Kairo yang padat lalulintas, jalanan menuju bukit Sinai sepi. Kendaraan yang melintas bisa dihitung dengan jari.
Dalam perjalanan ke Gunung Sinai, kami menyempatkan untuk berkunjung ke makam Nabi Saleh dan makam Nabi Harun.
Di depan Makam Nabi Harun, kami melihat sebuah patung anak lembu yang konon katanya patung tersebut adalah hasil pahatan Samiri, orang yang membangkang anjuran dan larangan Nabi Musa.
Dari jendela bus kulihat indahnya bukit-bukit gunung Sinai. Berbeda dengan kebanyakan gunung yang ada di Asia, gunung di sini di penuhi batu-batu besar, hanya sedikit yang kami dapati tumbuhan – tumbuhan kecil yang menghiasi gunung.
Rasa senang bercampur haru menghilangkan semua kelelahan. Syukur kepada Pencipta Gunung Sinai tak hentinya kami sebutkan. Kami bisa menyaksikan bukti keagungan ALLAH SWT. (bersambung)
Jensen Valencia
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.