Papirus, Tanaman untuk Bahan Kertas di Zaman Mesir Kuno

Catatan Perjalanan Wisata Religi ke Tiga Negara (bagian 4)

Oleh: DR Ir H SUHERIYATNA MSi

Mesir benar-benar merupakan negara yang memiliki banyak peninggalan sejarah. Bahkan sejak sebelum jaman Romawi. Salah satu benda peninggalan yang sangat bernilai sejarah, adalah Papyrus (Papirus). Yaitu tanaman sebagai bahan kertas kuno, yang dulu pada zaman Mesir Kuno, sering untuk media melukis maupun menulis.
Penulis berkesempatan berkunjung ke Papyrus Institut. Sebuah tempat untuk tempat menyimpan menjual papirus yang autentik, sekaligus sebagai tempat untuk mempelajarinya.
Papyrus atau papirus, merupakan tanaman khas, sebagai bahan kertas di zaman Mesir  Kuno. Papyrus banyak tumbuh di pinggir Sungai Nil.
Di wilayah jazirah Arab, pada masa Nabi Muhammad SAW, tanaman ini selain dimanfaatkan untuk tikar, juga digunakan untuk menulis Al Qur’an serta bahan obat-obatan tradisional.
Sebagai bahan untuk menulis, papirus diolah sedemikian rupa hingga menyerupai kertas, lazimnya berukuran 10×20 centimeter hingga 10×30 centimeter atau bahkan lebih dari 10×50 centimeter. Namun, ada kepingan yang dicantumkan atau dijahit hingga menghasilkan lembar papirus yang panjangnya 12 sampai 30 meter.
Papirus merupakan oleh-oleh favorit dari Mesir. Lembaran papirus dengan pemandangan gambar candi dan tokoh-tokoh pharaonic yang dilukis di atasnya sangat indah dan sering dibuat sovenir. Namun sayangnya tidak semua papirus di Mesir asli. Seperti di sekitar Museum Kairo banyak sekali yang menjajakan papirus . 10 lembar papirus dijual murah 15 USD. Oleh karena itu, Mesir menyarankan untuk membeli papirus asli di Papyrus Institute.
Papyrus Institute adalah toko yang disetujui pemerintah Mesir yang menjual papirus otentik. Terletak di Giza sebelah piramida. Orang-orang di toko juga akan memandu Anda melewati seluruh proses pembuatannya.
Menurut penjaga di Papyrus Institut, papirus dibuat dari tangkai tanaman papirus yang memiliki tekstur sangat rapuh (mirip dalamnya batang daun pisang). Bagian penampang tangkai berbentuk segitiga menyerupai bentuk piramida. Pertama penutup terluar tangkai dihilangkan dan bagian dalamnya dipotong tipis dan dipukul untuk mengeluarkan air.
Strip kemudian direndam dalam air untuk mengurangi kadar gula dari 20 persen menjadi 10 persen. Kemudian disusun secara horisontal dan vertikal saling terkait satu sama lain dalam bentuk jala(tikar) Jala tersebut kemudian ditekan selama 6 hari di bawah tekanan besi berat. Tikar papirus lantas dibasahi dan ditekan. Hal ini memungkinkan anyaman menjadi bersatu akibat getah lengket yang terkandung di dalamnya.
Selama waktu itu papirus harus dikeluarkan secara berkala untuk menghilangkan kelebihan air. Papirus yang dibuat dengan cara ini sangat berkualitas dan tahan sobek.
Namun sangat sulit membedakam papirus asli ataupalsu dengan mata yang tidak terlatih sebagai penilai papirus . Karena yang palsu pun juga ada sertifikatnya. Oleh karena itu, terlepas dari kenyataan bahwa Papyrus Institute adalah tempat termahal untuk membeli papirus di seluruh Mesir. Satu papirus harganya termurah dikurskan bisa Rp 600.000.
Menengok sejarah papirus, menunjukkan bahwa bangsa Mesir pada tahun 500 SM (sebelum masehi) sudah membuat media untuk menulis dan menyampaikan informasi dari bahan serat pohon papirus. Selain di Mesir, serat tumbuhan ini juga digunakan di seluruh wilayah Mediterania dan Kerajaan Kush.

Sejarah penggunaan kertas papirus Media tulis dari papirus pertama kali diproduksi di Mesir pada sekitar milenium ke-4 sebelum Masehi.
Bukti arkeologi paling awal ditemukan di Wadi al-Jarf, sebuah pelabuhan Mesir Kuno yang terletak di pesisir Laut Merah. Dokumen yang ditemukan tersebut bertanggal 2560 SM, dan menggambarkan tahun-tahun terakhir pembangunan Piramida Agung Giza.
Memasuki abad pertama sebelum Masehi, penggunaan serat papirus sebagai alat komunikasi mulai mengalami penurunan karena hadirnya perkamen atau media untuk menulis dari kulit binatang.
Di saat yang sama, terjadi perkembangan dalam penggunaan lembaran papirus, yang tergolong kaku dan sulit untuk digulung.
Dalam budaya Yunani-Romawi, lembaran papirus mulai dipotong untuk menyusun teks naskah kuno dalam bentuk buku. Sementara di Mesir penggunaannya masih berlanjut hingga digantikan oleh kertas yang lebih murah.
Pada abad ke-12 Masehi, papirus masih menjadi pilihan di Kekaisaran Bizantium, meskipun tidak sepopuler perkamen dan kertas. Pembuatan kertas papirus Lembaran papirus dibuat dari batang tanaman papirus yang telah dibuang kulit luarnya.
Setelah itu, bagian dalam atau empulur yang berserat dan lengket dipotong tipis dengan panjang sekitar 40 cm.
Setelah itu, potongan-potongan tipis tersebut disusun dan dipukul-pukul menggunakan palu hingga menjadi lembaran. Lembaran tersebut kemudian dikeringkan selama kurang lebih satu minggu. Sebagai langkah terakhir, lembaran papirus akan dihaluskan menggunakan batu ataupun kulit kerang.
Di Indonesia, sebenarnya banyak tanaman alami yang dapat diberdayakan untuk mendapat hasil nilai tambah dan kearifan lokal. Seperti serat pisang, daun jati, rotan, enceng gondok dan lainnya. Yang dibutuhkan adalah kreatifitas dan inovasi dalam memberdayakan produk lokasi yang alami. Demikian belajar dari papirus dari Mesir Kuno yang diangkat oleh pemerintah Mesir sekarang. Semoga bermanfaat. Tulisan ini, ditambah data-data informasi dari berbagai sumber. (bersambung)

Berada di papyrus institut di Mesir.

Kanan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button