Hadiri Pesta Adat dan Budaya Ilau Dayak Tenggalan, Suheriyatna Kagum dengan Kekayaan Budaya Kaltara
SEBUKU, tanjungselor.co – Turut mendampongi Wakil Gubernur (Wagub) Kaltara Dr Yansen Tipa Padan, kader Partai Demokrat Kaltara turut hadir dalam penutupan pesta adat Ilau Dayak Tengggalan di Desa Sujau, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Sabtu (15/07/2023).
Ilau ke-V Dayak Tenggalan kali ini, dengan tema “Angalat Da Budaya Mintopot Maya Dalam Nu Akan”. Yang artinya, percaya dan ikut pengakuan dari nenek moyang.
Suheriyatna mengaku kagum dengan keragaman adat budaya yang ada di Kalimantan Utara. Salah satunya dengan warga Tenggalan yang tetap melestarikan adat dan budaya leluhur di tengah moderenisasi jaman.
“Saya salut. Di tengah zaman modern, warga masih teguh melestarikan budaya leluhur. Tentu dengan kreatifitas yang memasukkan hal modern di tengah budaya leluhur, tanpa mengurangi nilai kesakralan adat dan budaya ini,” kata Suheriyatna saat menyaksikan pesta budaya ini.
Tampak Suheriyatna yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Kepala Dinas PUPR-Perkim Kaltara ini, begitu akrab berbincang dengan para tokoh adat dan masyarakat. Termasuk dengan H Pangeran Ismai PB, kepala adat besar Tenggalan.
Untuk diketahui, selain di Sebuku dan sekitarnya, masyarakat adat Dayak Tenggalan juga tersebar di sejumlah wilayah di Kaltara. Seperti di Malinau dan Tana Tidung.
Ketua Adat Besar Dayak Tenggalan Pangeran Ismail PB mengatakan, Ilau Dayak Tenggalan digelar untuk mengingatkan kembali tenyang budaya leluhur Adat Istiadat turun temurun.
Acara ilau sendiri sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan, sebelum Indonesia merdeka.
“Kita ini generasi penerus, makanya kita ingat cuma budaya kita sudah mau punah pada tahun 1970. Mau sudah punah tapi masih ada yang bertahan,” kata pria sepuh yang sudah berusia 70 tahun lebih itu.
“Karena generasi-generasi pada tahun 1950-1960 masih ada, jadi itulah kita sekarang bangkitkan kembali melalui Ilai Dayak Tenggalan. Saya sebagai orang tua Dayak Tenggalan, saya urutan kelima dari Pangeran Dayak Tenggalan,” ungkapnya.
Ia pun mengingatkan kepada seluruh masyarakat, mengenai asal usul nenek moyang Suku Dayak Tenggalan. Terutama generasi muda, agar jangan sampai salah jalan.
“Banyak sudah itu perubahan-perubahan. Makanya kita mengadakan Ilau ini untuk mengingat. Sejak leluhur kita sudah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, kita meneruskan bagaimana keadaan kehidupannya. Itu lah sekarang banyak perubahan,” tambah Pangeran kelima sebagai peminpin Adat Dayak Tenggalan itu.
Sebelum Indonesia merdeka, kata dia, suku Dayak Tenggalan sudah mempunyai hukum adat. Sedangkan di zaman Kesultanan mempunyai hukum syara yang telah diundangkan, meski demikiam hukum adat tetap dijalankan.
Sebelumnya, Ariadi Pangeran Ismail, salah satu putra Kepala Adat Besar Dayak Tenggalan menyampaikan, silsilah kepala adat dayak Tenggalan.
Diawali dengan kepala adat dayak Tengalan I, yakni Linidung. Secara turun menurun ke putra-putranya hingga yang kelima, yakni Pangeran H Ismail PB, yang begelar Pangeran Bakampung.
“Dalam aturan turun temurun, kepala adat besar memimpin hingga wafat. Dan selanjutnya digantikan oleh putranya,” ungkap Ariadi saat didaulat membacakan silsilah.
Dalam sambutannya, Wagub Kaltara mengingatkan, agar masyarakat dayak Tenggalan percaya diri, hidup berdampingin dengan masyarakat lain yang ada di Kaltara, atau bahkan di Indonesia.
“Kedudukan kita semua sama. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Tidak ada pembedaan-pembedaan. Perbedaan budaya, adat, itu lah warna-warni masyarakat kita. Namun semua berkedudukan sama. Kita semua setara,” ungkap wagub. (*)