Biografi Profesional, Suheriyatna untuk Kaltara; Wujudkan Tuntas 11 Program Prioritas
TANJUNG SELOR, tanjungselor.co – Di ujung karirnya, setelah 30 tahun lebih mengabdi sebagai aparatur sipil negara di bidang ke-PU-an, pengalaman, sepak terjang dan program-program yang telah dilakukan Dr Ir H Suheriyatna MSi, dirangkum dalam sebuah buku. Terutama selama bertugas di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (setelah lepas dari Kalimantan Timur).
Buku bertajuk “Suheriyatna untuk Kaltara”, wujudkan tuntas 11 program prioritas, diramu oleh tiga jagoan penulis handal atas rekomendasi Dr Yansen TP MSi, bupati Malinau dua periode, yang kini menjabat sebagao wakil gubernur Kalimantan Utara.
Julukan “3 jagoan” untuk ketiga penulis ini, disematkan oleh Yansen TP. Mereka adalah Pepih Nugraha, Masri Sareb Putra, dan Dodi Mawardi.
Yansen berpengalaman sekaligus merasakan langsung “bekerja sama” di dalam proses menerbitkan buku-bukunya, antara lain: Kaltara Rumah Kita (Bhuana Ilmu Populer, 2020), Mengkhianati Keputusan Sendiri (Penerbit Buku Kompas, 2021), dan Jejak Peradaban Manusia Sungai Krayan (Penerbit Lembaga Literasi Dayak, 2022).
Atas endorse Yansen-lah. Maka Suheriyatna menghubungi “3 jagoan”. Setelah bertemu hanya sekali, dan cuma sekali, di sebuah hotel mewah di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Maka bulat air dalam buluh. Penuh dengan saling pengertian.
Deal pun terjadi. Pada suatu malam, sembari dinner santai. Saat itu, in depth interview direkam. Kemudian, ditranskrip. Dikembangkan hingga detail dengan contoh. Janjian bertemu lagi sekali untuk pendalaman. Ditulis. Diedit. Diselia. Lahirlah buku setebal 316 halaman, yang berisi tentang biografi profesional itu.
Masri Sareb Putra, salah satu penulisnya menyampaikan, tidak seperti biografi konvensional yang mengikuti urutan kronologis dari kelahiran hingga saat ini, biografi profesional mengusung pendekatan tematik. Dalam hal ini, fokusnya bukan lah pada kapan sang tokoh lahir atau peristiwa-peristiwa bersejarah tertentu, melainkan pada aspek-aspek yang dianggap sebagai pilar utama dalam kehidupan profesional tokoh tersebut.
Pendekatan tematik, dalam biografi profesional, menempatkan perhatian khusus pada apa yang dianggap sebagai “tonggak” atau inti dari kompetensi sang tokoh.
Ini bisa mencakup pencapaian besar, keahlian khusus, atau momen-momen penting yang membentuk karir dan reputasi sang tokoh dalam bidangnya. Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan fokus kepada pembaca, sehingga mereka dapat dengan cepat memahami inti dari pengalaman dan pengetahuan sang tokoh di bidang profesionalnya.
Biografi profesional tidak hanya menyajikan kisah hidup secara berbeda, tetapi juga memberikan nilai tambah dalam hal efisiensi waktu dan kejelasan informasi.
Dengan fokus pada inti kompetensi sang tokoh, pembaca dapat mengambil manfaat langsung dari pengalaman dan pengetahuan yang ditawarkan, membentuk perspektif yang mendalam terhadap karir profesional sang tokoh, dan mungkin menginspirasi perjalanan karir mereka sendiri.
Proses kreatif dalam penyusunan buku ini melibatkan sang tokoh sentralnya, yakni Ir. Dr. Suheriyatna. “Bang Yatna” adalah sosok yang memiliki pengalaman dalam membangun dan mengembangkan infrastruktur di awal-awal berdirinya Provinsi Kalimantan Utara.
Pengalamannya di bidang ini menjadi sajian utama buku, di mana ia dengan jelas mengisahkan perjalanan, pemikiran, dan pengamatannya terhadap model infrastruktur yang sesuai dengan situasi dan kondisi Kalimantan Utara.
Melalui buku ini, Suheriyatna menawarkan 11 bidang yang dianggap sesuai dan tepat untuk dikembangkan di daerah tersebut.
Keseluruhan narasi buku ini, terutama 11 program priritas pembangunan di Kaltara yang tersaji dalam buku ini, tidak hanya memberikan informasi yang berharga.
Lebih dari itu, pustaka langka pertama di bidangya (infrastuktur dan konektivitas Kaltara) ini juga menginspirasi pembaca untuk lebih mengapresiasi proses kreatif dalam dunia literasi.
SINOPSIS BUKU
Selalu menjadi perdebatan sengit harus mulai dari mana membangun sebuah wilayah itu; Apakah dimulai dari hulu menuju hilir, atau sebaliknya dari hilir menuju hulu?
Membangun dari tengah juga pilihan yang sering ditempuh, akan tetapi konsep rancang-bangun sebuah wilayah tidaklah semudah mempelajari ilmu planologi di bangku kuliah. Dengan segenap labirin keruwetan di dalamnya, melainkan lebih sulit lagi dilakukan dalam praktiknya.
Kalimantan Utara adalah contoh nyata bagaimana konsep pembangunan Provinsi ke-34 Republik Indonesia ini, penuh dengan tantangan dalam mewujudkannya.
Dr. Ir. H. Suheriyatna, M.Si sebagai seorang konseptor pembangunan Provinsi yang sudah berdiri sejak 11 tahun silam ini tidak terjebak dalam “lingkaran setan” atau vicious circle konsep membangun suatu wilayah yang sering dialami para pemangku kepentingan.
Ia menyatukan hulu dan hilir membangunan wilayah dengan menggunakan helicopter view, mengangkat semua masalah kewilayahan, serta pembangunan ke atas ketinggian sehingga dengan mudah melakukan pemetaan.
Mana yang menjadi prioritas, mana yang harus dikebelakangkan, dengan mudah dilihat menggunakan kacamata ini.
Pandangan Suheriyatna yang mendekatkan hulu dengan hilir ini menghasilkan 11 Program Prioritas yang kemudian menjadi blueprint (cetak biru) pembangunan Kaltara.
Ke-11 Program Prioritas itu: Sumber Daya Energi Listrik; Kawasan Industri; Kota Baru Mandiri Tanjung Selor; Pelabuhan dan Dermaga; Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan Kesehatan: Rice and Food Estate; Pembangunan dan Peningkatan Bandara; Jalan, Jembatan dan Telekomunikasi; Pembangunan Jembatan Bulungan-Tarakan; Air Bersih dan Sanitasi, dan; Penempatan Personil TNI di Wilayah Perbatasan.
Cetak biru Pembangunan Kaltara ini telah dirancang sejak 2017 dan dicanangkan terwujud sepenuhnya 20 tahun setelah pencanangan itu, yakni tahun 2037.
Sebagai Tim Pemantau dan Evaluasi Proyek Stategis Nasional di Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Suheriyatna, demikian khatam saat menjelaskan konsep pembangunan Kaltara berdasarkan 11 Program Prioritas yang dirancang bersama para koleganya itu.
Namun, kesan bagi pria kelahiran Banda Aceh 1 Maret 1965 itu sebagai praktisi, sungguh tidak terelakkan. Ia tidak sekadar mengumbar konsep pembangunan secara teoritis, tetapi bagaimana konsep itu diwujudkan atau seharusnya dijalankan di wilayah dengan karakteristik khas seperti Kaltara ini.
Kekhasan Kaltara, antara lain keragaman etnis yang mendiami wilayah yang luasnya mencapai lebih dari 71.000 kilometer persegi. Dengan budayanya masing-masing, alamnya yang berhutan lebat dengan kekayaan sungainya yang lebar, kekayaan mineral yang terkandung dalam perut bumi Kaltara, beras adan dan garam gunung yang diburu negara jiran, serta wilayah perbatasan yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Tidak heran jika masalah pembangunan perbatasan menjadi salah satu penekanan pembahasan mendalam buku ini.
Jika konektivitas atau ketersambungan adalah katakunci yang menyatukan wilayah kaltara, maka konektivitas itu lah yang coba diwujudkan dalam praktiknya.
Gaya Suheriyatna yang lugas, terbuka dan blak-blakan tercermin dalam buku yang mengupas tentang bagaimana seharusnya pembangun Kaltara, dengan sejumlah kekhasan yang tidak dimiliki provinsi-provinsi lainnya itu dilakukan.
Di luar 11 Program Prioritas yang dibahas dan dipaparkan secara tuntas, wisata hutan Kalimantan yang ia sebut sebagai Borneo Discovery diupayakan masuk sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Nasional ke-6, dari 5 KSPN super prioritas yang ada saat ini, yakni Danau Toba, Likupang, Borobudur, Labuan Bajo dan Mandalika. (*/adv)