Didukung dengan Energi, Suheriyatna Sebut Intensifikasi Tambak Bisa Dilakukan untuk Dongkrak Hasil Perikanan

TANJUNG SELOR, tanjungselor.co – Banyak potensi di Kalimantan Utara (Kaltara) yang belum tergarap maksimal. Di sektor perikanan misalnya. Tak hanya hasil sumber daya laut, budidaya tambak di Kaltara juga menjanjikan.

Sayang, pengelolaan para petani tambak selama ini masih secara konvensional. Hal ini menjadi perhatian Dr Ir H Suheriyatna MSi, salah satu tokoh intelektual di Kaltara.

Masih minimnya produksi perikanan dari tambak-tambak yang ada di Kaltara, menurut pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas PUPR-Perkim, sekaligus Plt Kepala Bappeda Kaltara itu, perlu menjadi perhatian serius. Utamanya bagi intansi terkait yang menangani, maupun pengampu kebijakan. Di mana, menurut Suheriyatna, hasil perikanan dari tambak tidak sebanding dengan luasan tambak yang ada. 

Disebutkan, produksi udang di Kaltara selama ini rata-rata hanya 4 ton dari luasan tambak sekitar 40 hektare. Dibandingkan dengan tambak intensif yang ada di daerah Jawa sangat jauh. Dicontohkan di daerah Serang, Banten, dari 4 hektare tambak bisa menghasilkan 40 ton udang. 

“Nah, dari kondisi ini, menarik untuk menjadi bahan diskusi. Tak hanya itu, juga bisa menjadi pertimbangan untuk bagaimana upaya kita bisa meningkatkan produksi perikanan, dari pertambakan di Kaltara. Melihat potensi yang ada, itu (peningkatan produksi) sangat memungkinkan bisa,” tutur Suheriyatna. 

Kanan

Berdasar analisa yang selama ini, menurut dia, ada tiga hal yang belum dilakukan dengan optimal oleh para petambak di Kaltara. Yaitu, pembibitan, tata letak tambak yang masih konvensional, serta energi untuk menggerakan mesin-mesin di tambak intensif. 

“Selama ini bibit udang, masih didatangkan dari luar Kalimantan. Dari Jawa misalnya. Itu perlu waktu lama, sehingga berisiko terhadap kualitas bibit. Kemudian tata letak tambak, seharusnya tata letak tambak diatur dan disesuaikan hasil riset dan teknologi yang akan dipakai,” ungkap dia. 

Menurutnya, hal ini pernah didiskusikan bersama Dekan Fakultas Perikanan Universitas Borneo, profesor Rukisah. Menurut Rukisah, bibit atau benih yang tersedia di lokasi (bukan dari luar Kalimantan) bisa lebih baik. Karena tidak perlu menyesuaikan link atau kondisi tambak setempat. “Kalau dibuat pembibitan lokal bisa lebih tahan dan unggul,” tegasnya. 

Begitu pun dengan ketersediaan energi listrik. Menurut keduanya, sangat penting. Karena listrik untuk menggerakkan kincir atau alat yang mengatur sirkulasi air dengan baik. Dengan demikian PH akan terjaga. 

“Menurut Pak Prof (Rukisah), kualitas udang atau ikan itu tergantung kualitas airnya. Atau yang disebutnya Aqua Culture atau kejernihan air,” ungkap Suheriyatna. 

Apabila kualitas air terus terjaga dengan baik. Maka, ikan akan tumbuh dengan baik dan produksi akan meningkat.

Lebih jauh Suheriyatna mengatakan, pengelolaan tambak di Delta Kayan merupakan salah satu dari 11 program prioritas yang digagasnya saat masih di Pemprov Kaltara. Termasuk pemenuhan energi. 

“Infrastruktur pendukung, berupa energi untuk kawasan pertambakan itu penting. Nah ini sejalan dengan pembangunan PLTA yang kini sudah mulai progres. Ada PLTA Sembakung di Nunukan dan PLTA Mentarang di Malinau. Itu semua sangat memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan energi di Delta Kayan,” bebernya. 

Berkaitan dengan program intensifikasi tambak, yang perlu dilakukan sekarang, lanjut dia, bagaimana menata kembali letak-letak tambak, sehingga bisa menjadi baik. Dan selanjutnya dapat dikelola secara intensif. 

“Hal lainnya yang perlu didorong, percepatan pembangunan PLTA. Ini semua perlu dukungan dari pusat. Jadi pemerintah daerah, baik kabupaten/kota maupun provinsi harus bersinergi untuk percepatan ini,” harapnya. 

Yang tak kalah penting, kata Suheriyatna, meningkatkan SDM para petambak. Ini menjadi tugas pemerintah daerah melalui OPD terkait. Untuk intens melakukan penyuluhan maupun pelatihan-pelatihan kepada para petani tambak. 

“Memang tidak bisa secara instan langsung terwujud. Ini semua butuh kerja keras semua stakeholder. Namun jika berhasil, semua akan merasakan dampak positifnya. Petambak menjadi lebih makmur, ekonomi tumbuh, pemerintah daerah bisa memperoleh PAD lebih besar,” pungkasnya. (*)

Related Articles

Satu komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button