Potensi Alam Luar Biasa di Desa Wisata Pulau Sapi – Mentarang

MALINAU, tanjungselor.co – Malinau sebagai kabupaten terluas di Kalimantan Utara turut berkontribusi positif khususnya di bidang kepariwisataan. Tak hanya kaya budaya, Malinau juga memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Salah satunya keberadaan Hutan konservasi Taman Nasional Kayan Mentarang yang begitu luas.

Potensi yang sudah dikembangkan salah satunya di Desa Wisata Pulau Sapi, Kecamatan Mentarang.

Memaksimalkan potensi wisata hijau, alam dan kebudayaan di Malinau, desa ini dinobatkan sebagai Desa Wisata oleh Kemenpar-rekraf sejak 2022 lalu.

Keramahan masyarakatnya, kebudayaan yang masih natural, dan kreatifitas anak-anak muda yang menambah daya tarik desa yang dilintasi Sungai Mentarang dan juga dekat dengan taman nasional Kayan Mentarang itu.

Dr Ir H Suheriyatna MSi, salah satu di antara pengunjung yang mengagumi keindahan alam di wilayah Mentarang.

Kanan

Pria yang pernah bertugas sebagai Tim Pemantau dan Evaluasi Proyek Strategis Nasional (TPE-PSN) Kementarian PUPR RI 2019-2022 ini, mengaku kagum dengan kearifan lokal di Desa Pulau Sapi yang hingga kini masih terpelihara.

“Kami tadi juga sempat ke Desa Paking. Desa di wilayah hulungan Pulau Sapi. Sekitar 30 menit dari Pulau Sapi dengan menggunakan long boat (perahu panjang),” ungkap Suheriyatna.

Ada banyak menarik ditemukan di desa yang wilayahnya ada salah satu proyek strategis nasional (PSN) itu. Yakni pembangunan PLTA Mentarang.

“Keberadaan PLTA ini harus memberikan manfaat untuk masyarakat. Utamanya warga di sekitar. Baik itu untuk penyerapan tenaga kerja, serta multiplier efek positif lainnya,” kata Suheriyatna saat berdiskusi dengan warga desa itu.

Tak hanya potensi wisata, kawasan Mentarang juga bisa menjadi areal pertanian bagi masyarakat.

Terkait pariwisata, wilayah ini punya kekayaan alam yang luar biasa. Di antaranya keanekaragaman hayati, satwa dan fauna endemik yang tersebar di wilayah hutan Bumi Intimung–sebutan Malinau.

“Keunggulan daerah ini pada kebudayaan dan wisata alamnya. Ini harus terus semakin dikembangkan. Dengan tetap mempertahankan naturalisme dan kearifan lokalnya,”  kata Suheriyatna.

PERTAHANKAN PARU-PARU DUNIA

Hal yang lebih penting dari itu, keberadaan hutan Kayan Mentarang yang oleh badan dunia telah ditetapkan sebagai paru-paru dunia, harus terus dijaga.

Keberadaan hutan yang terus terjaga, juga akan berdampak positif dengan kelangsungan PLTA yang kini tengah dibangun di Sungai Mentarang.

“Kenapa dipilih di sini dibangun PLTA. Salah satunya karena hutannya yang masih terjaga. Dengan hutan yang bagus, debit air sungai akan terus terjaga,” kata Suheriyatna.

Keberadaan PLTA diyakini akan memberikan dampak positif untuk masyarakat dan juga pemerintah daerah. Salah satunya, pemasukan PAD yang sangat besar. Bahkan bisa mencapai triliunan per tahun.

“Dengan hutan yang terjaga, tidak hanya kelangsungan sungai yang terjaga, tapi juga akan menghasilkan oksigen, juga mencegah terjadinya global warming atau perubahan iklim ekstrim,” imbuh dia. (*)

Related Articles

Satu komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button