Diduga Diselundupkan ke Malaysia, Kayu Nibung untuk Bangun Bagan Ikan

NUNUKAN – Dugaan penyelundupan kayu nibung secara masif ke Malaysia, membuat para
nelayan bagan di Sebatik, Kabupaten mempertanyakan legalitas dan respon stakeholder.

Keresahan tersebut didasari pada dampak nyata. Dengan terjadinya kelangkaan kayu nibung
atau harga nibung yang melonjak naik. Sehingga nelayan bagan kesulitan memperbaiki
konstruksi bagan yang rusak.

Selain itu, harga ikan Teri Ambalat juga anjlok. Karena mulai berdirinya pondok-pondok
nibung di wilayah Malaysia.

“Memang kasus itu (penyelundupan nibung) menjadi perhatian kami. Para nelayan mengeluh,
apalagi hasil tangkap dan penghasilan mereka merosot,” keluh Kepala Desa Tanjung Aru
Sebatik Faisal, Minggu (30/1).

Faisal mengatakan, sekitar 50 persen warganya merupakan nelayan. Termasuk para nelayan
yang penghasilannya bergantung dari bagan. Akhir-akhir ini, keluhan penyelundupan kayu
nibung kian marak dan dikhawatirkan memicu suasana tak kondusif. Sehingga dijadwalkan
untuk menggelar rapat bersama, sebagai respon atas persoalan ini.

Kanan

“Semua hal berkaitan dengan nibung akan kita bahas. Pemerintah desa memfasilitasi
pertemuan antara nelayan bagan, penjual kayu nibung dan disaksikan para Bhabinsa dan
Bhabinkamtibmas. Pertemuan rencananya digelar besok (Senin 31 Januari, Red),” ujarnya.

Sebelumnya, keluhan akan dampak penyelundupan kayu nibung juga diteriakkan tokoh
masyarakat Sebatik Andre Pratama. Legislator DPRD Nunukan ini, bereaksi keras terhadap
potensi ancaman ekonomi, yang terkesan ada pembiaran para stakeholder. Apalagi hal ini
mempengaruhi perekonomian nelayan dan eksistensi komoditas ekspor ikan Teri Ambalat.
“Saya anggap ini pembiaran. Dari Sebaung ke Malaysia itu melewati sejumlah pos aparat
keamanan di laut. Mungkinkah ini tidak diketahui?,” tegas Andre.

Dampak langsung yang kini dirasakan nelayan, dengan merosotnya harga ikan Teri Ambalat
sejak memasuki tahun ini. Harga ikan Teri Ambalat kini anjlok di harga Rp 73.500 per kg atau
RM (Ringgit Malaysia) 21. Dari harga normal Rp 105 ribu per kg atau RM 30.

Selain itu, ada sekitar 4 bagan milik nelayan Sebatik hancur dihantam ombak. Nelayan
kesulitan mencari kayu nibung untuk memperbaiki bagian bagan yang rusak. Andre
menegaskan, masifnya penyelundupan kayu nibung butuh sikap tegas aparat keamanan
Indonesia.

Terlebih kasus penyelundupan nibung juga menjadi salah satu kasus yang mendapat perhatian
aparat Malaysia. Salah satu contoh kasus, penemuan kayu nibung oleh aparat Malaysia pada 18
Januari 2022.

Sebanyak 100 pasang kayu nibung asal Kabupaten Nunukan, diamankan di 0.17 mil laut timur
muara Sungai Indera Sabah oleh Zona Maritim Tawau. Kayu senilai RM 15 ribu atau setara
dengan Rp 52,5 juta tersebut ditemukan Zona Maritim. Mereka lalu menariknya ke muara
sungai Indera Sabah untuk proses hukum.

“Saya berharap potensi ancaman ekonomi dan keberlangsungan ikan Teri Ambalat segera
ditindaklanjuti. Dinas Kelautan dan Perikanan Kaltara harus melihat ini sebagai perkara
urgent. Kasihan nasib nelayan di perbatasan,” pinta Andre.

Selama ini, para penjual kayu nibung selalu beralasan akan membawa kayu tersebut untuk
nelayan bagan lokal. Ketika mereka berpapasan dengan aparat di tengah laut.

Begitu aparat berlalu dan mereka sampai perairan perbatasan RI–Malaysia, langsung melipir
dan menyimpan kayu nibung yang ternyata pesanan warga Malaysia.

“Mereka meninggalkan kayu-kayu yang telah diikat sesuai jumlah pesanan begitu saja. Setelah
memberitahukan koordinat lokasi penyimpanan,” imbuhnya.

Dari penjelasan para nelayan bagan, para penjual kayu nibung menebang pohon di wilayah
Sebaung dan dijual dengan harga sekitar RM 15 ribu per pasang atau sekitar Rp 52,5 juta.
Harga yang cukup tinggi dibanding pasaran lokal yang dibanderol Rp 21 juta atau RM 6 ribu.
Satuan jumlah kayu nibung dihitung per pasang. Dimana sepasangnya ada 100 batang pohon.
Jumlah tersebut adalah batang yang diperlukan untuk membangun 1 pondok bagan. (redaksi)

Related Articles

6 Comments

  1. Hi, Neat post. There’s an issue along wih your webb site iin internet explorer,
    woul checck this? IE nonetheless is the marketrplace chief annd a huge element of
    peope will leavce oout ypur great wriing ddue too thiss problem.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button